Hati Nurani Dunia Terkoyak! Serangan Israel ke Rafah Bikin Dunia Menangis, Dimana Keadilan?

Rafah, Palestina — Dunia kembali dikejutkan dengan serangan brutal yang dilakukan oleh militer Israel ke wilayah Rafah, selatan Gaza. Serangan yang disebut-sebut sebagai salah satu yang paling mematikan sejak awal konflik ini menewaskan puluhan warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak. Asap membumbung tinggi, darah berserakan di reruntuhan, dan teriakan pilu menggema di antara puing-puing. Dunia bertanya: dimana keadilan untuk rakyat Palestina?

Tragedi yang Membakar Nurani Umat Manusia

Pada malam yang seharusnya sunyi, dentuman roket dan tembakan mengguncang Rafah. Serangan udara Israel menghantam tenda-tenda pengungsian—tempat ribuan warga mencari perlindungan dari horor perang yang tak kunjung usai. Video-video dari lokasi memperlihatkan anak-anak bersimbah darah, wanita meraung kehilangan keluarga, dan para ayah menggali tanah dengan tangan kosong untuk menguburkan jenazah orang tercinta.

Serangan ini bukan hanya melukai tubuh-tubuh yang tak berdosa, tapi juga menusuk hati nurani global. Apakah dunia benar-benar sudah mati rasa?

Reaksi Dunia: Kecaman dan Kemunafikan

Berbagai negara, organisasi internasional, dan tokoh masyarakat mengecam keras tindakan Israel. Namun, kecaman saja tak cukup. Kata-kata kosong tak mampu menghapus air mata anak yatim atau membangkitkan ibu-ibu yang telah meregang nyawa.

PBB menyebut serangan ini “tak bisa dibenarkan secara hukum internasional.” Amnesty International menyebutnya “kemungkinan besar sebagai kejahatan perang.” Namun sampai hari ini, tak ada satu pun tindakan tegas yang mampu menghentikan mesin pembantaian itu.

Mengapa dunia hanya menonton? Di mana sanksi internasional? Di mana tekanan nyata terhadap Israel?

Rafah: Simbol Ketidakadilan yang Terus Dibiarkan

Rafah bukan sekadar titik di peta. Ia adalah saksi bisu bagaimana sebuah bangsa dihancurkan secara sistematis, hari demi hari. Anak-anak tumbuh tanpa masa depan, perempuan melahirkan dalam ketakutan, dan generasi muda hidup dengan trauma yang tak akan pernah sembuh.

Setiap bom yang dijatuhkan bukan hanya merenggut nyawa, tetapi juga harapan. Harapan akan perdamaian, harapan akan keadilan, harapan bahwa dunia masih peduli.

Media Arus Utama Bungkam?

Ironisnya, banyak media besar dunia memilih bungkam atau menggambarkan konflik ini secara bias. Sebagian hanya menyebut “bentrokan,” tanpa menjelaskan konteks ketimpangan kekuatan dan penjajahan yang berlangsung selama puluhan tahun.

Ini bukan bentrokan. Ini pembantaian. Ini penjajahan. Ini kejahatan terhadap kemanusiaan.

Ketika media tak berani menyuarakan kebenaran, kita sebagai manusia biasa harus bersuara lebih keras.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Mungkin kita tak mampu menghentikan perang, tapi kita bisa memilih untuk tidak diam. Kita bisa menyebarkan informasi yang benar, berdonasi untuk lembaga kemanusiaan yang terpercaya, menulis, berbicara, dan terus menekan pemerintah agar mengambil langkah nyata.

Dunia telah melihat terlalu banyak darah. Sudah saatnya kemanusiaan berbicara lebih lantang dari politik.


Penutup: Hentikan Genosida, Tegakkan Keadilan!

Setiap tetes darah di Rafah adalah pengingat bahwa kita hidup di dunia yang belum adil. Tapi keheningan kita hari ini bisa menjadi aib di sejarah esok. Jika kita benar-benar manusia, maka kita tidak bisa hanya menonton.

Dunia harus bersatu. Genosida harus dihentikan. Keadilan harus ditegakkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *